Diperbaharui pada Rabu, 29 Maret 2017 | 11:07

Ragu Dalam Menentukan Depth of Field? Coba Teknik di Bawah Ini!

Image via Cinefade

Cara obyek direproduksi dalam sebuah foto bisa sangat berbeda dari bagaimana ia tampil ketika diambil gambarnya. Ketika Anda menatap dengan mata Anda ke seluruh obyek, segala sesuatu di dalamnya tampak kurang lebih sama tajam, tapi kadang-kadang hanya fokus bagian tertentu obyek foto sehingga tampak tajam dan tampak blur di bagian lainnya. Di sini akan kita bahasa penjelasan mengenai DOF.

Depth Of Field (DOF) sendiri bisa disebut sebagai zona ketajaman, yaitu ketajaman yang membentang ke depan dan ke belakang dari titik yang benar-benar menjadi fokus pada saat itu. Ukuran zona ketajaman ditentukan oleh tiga faktor utama yakni aperture atau bukaan lensa, panjang fokus lensa dan jarak Anda dari subjek. Memvariasikan ketiga elemen ini memungkinkan Anda mengontrol hampir penuh atas hasil depth-of-field dalam foto/gambar.

Depth of Field juga memberikan arti sebuah area pada gambar yang tampak tajam dan terfokus. Ketika kita memfokuskan pada suatu titik, maka hanya titik tersebut yang fokus, sedangkan bagian lainnya tampak buram atau tidak fokus.

Image via Pinterest

Depth of field memiliki pengaruh terhadap kualitas dan keindahan foto yang dihasilkan. Kita perlu tahu kapan kita perlu menggunakan depth of field sempit atau kapan kita perlu menggunakan depth of field lebar.

Contoh sederhana adalah saat memotret landscape, dimana kita akan membutuhkan depth of field lebar agar semua area dalam frame akan nampak jelas dan fokus. Mengapa perlu jelas dan fokus? Agar kesan megah dapat ditampilkan, begitu pun kesan 3 dimensi dapat ditonjolkan dan kesan keindahan dapat dinikmati.

Selain itu, terkadang kita juga mungkin membutuhkan depth of field sempit seperti yang banyak digunakan untuk fotografi portrait, dimana subjek tampak tajam dengan DOF dangkal dan bakground tampak blur. Depth of field sempit ini bertujuan untuk lebih menonjolkan subjek daripada area lain dalam gambar.

Kegunaan Depth of Field

Secara garis besar, depth of field sempit bisa dianalogikan seperti ketika kita menggunakan bukaan aperture lebar misalkan f/1.8 maka area di depan dan dibelakang fokus point akan sangat sempit. Hal tersebut lantas menyebabkan objek di depan dan belakang fokus akan menjadi out of fokus. Depth of field sempit sangat efektif untuk mengisolasi subjek dari lingkungan sekitar dan hal ini memberikan banyak keuntungan untuk fotografi olah raga, makro dan portrait.

Sementara depth of field lebar seperti ketika kita menggunakan bukaan diafragma f/16 maka fokus akan mencakup seluruh area dari depan sampai dengan belakang sampai dengan ukuran tak terhingga. Depth of field lebar seringkali dihubungkan dengan fotografi landscape dan architectural fotografi.

Depth of field lebar umum disebut dengan Storytelling DOF karena ketajaman tersebut mampu bercerita tentang alur visual atau karakter pada berbagai area foto. Baik itu cityscape yang riuh, perbukitan yang tenang atau sibuknya perkotaan.

Faktor Penentu Depth of Field 

Aperture Lensa

Hubungan langsung antara aperture dan depth-of-field yaitu semakin kecil aperture, semakin luas depth-of-field (artinya semakin banyak bagian yang tajam) dan sebaliknya, semakin besar aperture semakin sempit depth-of-field (semakin sedikit bagian yang tajam).

Jadi jika Anda ingin mendapatkan sebanyak mungkin bagian foto yang tajam, setting sekecil mungkin aperture – misal antara f/16, atau bahkan f/22 jika lensa mendukung. Jangan lupakan kondisi pencahayaan, mungkin perlu menggunakan tripod atau bentuk lain yang membuat kamera stabil. Dengan aperture kecil kecepatan shutter membutuhkan lebih lama sehingga menciptakan risiko hasil foto blur karena kamera goyang. 

Image via tutsplus.com

Namun, jika Anda ingin memusatkan perhatian hanya pada satu bagian dari obyek foto dan membuang sisanya agar blur/out-of-focus, sebaiknya pilih aperture besar. Seberapa besar persisnya ini bisa tergantung pada aperture maksimum lensa yang Anda gunakan. Pada lensa standar 50mm bisa  f/1,7  f/1,8 atau f/2, tetapi untuk standar biasanya sekitar f/3,5 atau f / 4,5.

Untuk pengambilan gambar pada umumnya, bila Anda ingin sebagian besar bagian foto tajam, Anda bisa mengatur aperture sekitar f/8 sampai f/11. Ini bisa dicapai dengan setting mode Eksposur Program, dimana akan diatur secara otomatis oleh kamera. Bila memungkinkan Anda harus mengambil kendali seleksi aperture dan menggunakan Aperture-Priority atau mode manual.

Panjang Fokus Lensa

Menggunakan lensa wide-angle Anda akan mendapatkan keuntungan dari depth-of-field yang luas, yang membuatnya mudah untuk menjaga semua bagian obyek dalam foto dalam fokus. Semakin lebar sudut view, semakin besar dept-of-field. Sebaliknya jika menggunakan lensa tele maka depth-of-field lebih terbatas. Semakin besar focal-length lensa tele, semakin membatasi zona ketajaman.

Image via videomaker.com

Sebagai contoh pengaruh menggunakan focal length yang berbeda adalah. Lensa Nikon 28mm wide-angle di f/22 akan memberikan hasil yang tajam dari jarak 2 kaki hingga jarak infinity (tak terbatas). Sedangkan lensa Micro Nikkor 55mm dari jarak 7 kaki hingga infinity. Dan lensa Nikkor 105mm dari jarak sekitar 28 meter hingga tak terbatas.

Jarak Kamera ke Obyek

Semakin dekat kamera dengan obyek foto, semaki terbatas depth-of-field atau ruang ketajaman. Bahkan, saat pengambilan foto close-up atau macro, ruang ketajaman akan menjadi sangat sempit hanya beberapa milimeter di depan dan di belakang obyek. 

Manfaatkan Depth of Field Preview

Image via Lynda.com

Jika Anda yang masih ragu dalam menentukan apakah depth of field yang Anda atur sudah sesuai atau belum, Anda bisa memanfaatkan tombol depth of field preview yang biasanya tersedia di body kamera Anda. 

Untungnya produsen kamera DSLR memberi fasilitas bernama depth of field preview. Tombol ini biasanya berlokasi dibagian depan kamera dan posisinya di sebelah lensa. Di Canon atau Nikon, tombol ini lokasinya berada di bodi depa kamera tepatnya di sebelah mounting lensa.

Cara menggunakannya adalah dalam setting aperture lebar (f/1.4, f/1.8, f/2, f/2.8), tekan dan tahan tombol tersebut sambil mata mengintip di jendela viewfinder. Tampilan di viewfinder akan mendekati hasil akhir foto dimana bidang tajam akan terlihat, sedangkan area di luar bidang tajam menjadi blur.

Cara termudah untuk bereksperimen dengan tombol tersebut adalah dengan mengatur settingan kamera menjadi mode aperture priority atau AP. Lalu cobalah buka aperture kamera hingga ke aperture terlebar (biasanya f/3.5). Kemudian tekan dan tahan tombol DOF preview. Cobalah untuk menaikkan aperture ke f/5.6, f/8, atau f/11 sambil tetap menekan tombol DOF Preview dan lihat apa yang akan terjadi setelah itu.

Baca juga artikel:
25 Teknik Memotret Bunga Bagi Fotografer Pemula
Teknik Terbaik Memegang Kamera DSLR Seperti Fotografer Profesional
Jangan Ngaku fotografer Kalau 11 Aksesoris Kamera Ini Nggak Punya
Like us!
Kusnadar

Contributor

43 Posts